Istilah Guru Penggerak sudah tidak asing lagi di telinga para guru. Dikutip dari laman Kemendikbud, jika Guru Penggerak adalah pemimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif, dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada murid, serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
Program Guru Penggerak yang digagas oleh Kemendikbud ini berjalan 9 bulan yang dilaksanakan serentak 56 Kota/Kabupaten di seluruh Indonesia. Program ini juga meliputi pelatihan, pendampingan, hingga lokakarya yang diakhir program ini para Guru Penggerak akan mendapatkan sertifikat 506 JP.
Para guru dari berbagai wilayah berbondong-bondong mengikuti seleksi ini. Salah satunya adalah Rudi Irawan merupakan seorang guru SMP asal Musi Banyuasin, yang menjadi salah seorang Pendamping Guru Penggerak di Provinsi Sumatera Selatan yang juga merupaka ketua dari Pusat Belajar Guru Musi Banyuasin.
Tahap seleksi pertama yang Ia hadapi adalah mengisi essay tentang 9 Critical Incidents yang diisi dengan minimal 1.500 kata. Dan tahap selanjutnya adalah wawancara calon Pendamping Guru Penggerak.
Setiap tahapan seleksi ini menjadi hal yang menegangkan bagi Rudi, untuk itu Ia rutin berdiskusi dengan fasilitator Putera Sampoerna Foundation (PSF) dan mengikuti kegiatan pelatihan di Pusat Belajar Guru (PBG) Musi Banyasin untuk membantu mempersiapkan dirinya.
Pusat Belajar Guru (PBG) Musi Banyuasin dengan filosofi “Dari Guru, Oleh Guru, dan Untuk Guru” merupakan organisasi belajar mandiri yang structural dan sistematis, dijalankan oleh guru terpilih dibawah pengawasan pemerintah daerah Musi Banyuasin dan dikembangkan sebagai solusi untuk menyikapi keterbatasan akses guru dalam layanan pengembangan profesi.
Melalui PBG Musi Banyuasin ini, Rudi juga beberapa kali melakukan diseminasi guna berbagi praktik baiknya berdasarkan ilmu dan pengalaman yang Ia dapatkan.
Sebulan telah berlalu sejak mengikuti proses seleksi, akhirnya Rudi dinyatakan lolos menjadi Pendamping Guru Penggerak di Sumatera Selatan. Tugas mulia ini Ia lakukan sepenuh hati dengan berkeliling ke berbagai daerah di Sumatera Selatan.
Latar belakangnya yang berasal dari guru desa terkadang membuat Rudi cemas dan tidak percaya diri, Ia sering berpikir “Apakah pantas saya ini harus mendampingi guru penggerak dari daerah kota?”.
“Namun akhirnya saya kembali percaya diri karena saya punya bekal dari pelatihan di PBG Musi Banyuasin, saya juga sudah sering dibekali strategi dalam berbicara oleh fasilitator PSF” tambah Rudi.
Hal yang membuat Rudi semakin percaya diri adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Guru Penggerak ini ternyata sering Ia lakukan di PBG Musi Banyuasin, sehingga Rudi tidak merasa kesulitan apapun saat kegiatan ini berlangsung.
Tak semua pengalaman yang Ia lalui baik-baik saja. Rudi pernah mengalami suatu kejadian yang membuat Ia merasa tersudutkan pada situasi itu. Saat dirinya harus melakukan pendampingan di suatu SMA elit di pusat kota, saat diseminasi dilaksanakan Ia mendapat pertanyaan dari guru sekolah tersebut seperti “Apa manfaat guru penggerak itu?” lalu “Kenapa Bapak bisa menjadi Pendamping Guru Penggerak padahal Bapak hanya guru SMP?” dan “Kenapa Bapak yang berasal dari sekolah di desa bisa mendampingi kami di sini?”
Berada disituasi sulit seperti ini tentu membuat Rudi merasa tidak nyaman, namun Ia harus tetap professional untuk menghadapinya. “Akhirnya saya dengan perlahan menjawab ‘Ada proses untuk mencapai ke sini sebagai seorang pendamping, dan saya mejadi pendamping bukan untuk menggurui namun sebagai teman berbagi, menjadi wadah teman-teman untuk bercerita’ saya menjawab ini diakhiri dengan senyum” lugas Rudi.
Namun pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan Rudi tidak berhenti di situ saja, bagi Rudi pertanyaan terparah yang Ia dapatkan adalah “Pengalaman hebat apa yang sudah Bapak lakukan?” ujar seorang Wakasek sekolah tersebut.
“Tentu saya harus terus sabar, tidak boleh terpancing emosi sedikitpun, saya menganggap pertanyaan ini karena mereka penasaran meskipun memang kurang baik untuk ditanyakan” ujarnya.
Rudi merasa bahwa dirinya harus membuktikan jika Ia layak menjadi Pendamping Guru Penggerak, dengan ilmu dan pengalaman yang Ia miliki lambat laun Ia terus mendampingi guru-guru tersebut hingga guru-guru tersebut percaya kepada dirinya, mulai lebih terbuka dan membuang pemikiran mereka tempo lalu.
“Ternyata peran Pusat Belajar Guru Musi Banyuasin yang difasilitasi oleh Putera Sampoerna Foundation ini besar sekali terhadap kelancaran saya menjadi Pendamping Guru Penggerak, saya sangat beruntung karena karena rutin mengikuti pelatihannya dan masih tergabung di sini” ucap ketua PBG Musi Banyuasin ini. (ZNP)