Komunitas Literat, Wujud Kolaborasi Room to Read dan PSF-SDO

Komitmen Room to Read/ProVisi Education untuk meningkatkan literasi anak Indonesia diwujudkan dalam proyek ‘Menumbuhkan Kegembiraan Membaca Anak-Anak di Indonesia; Perpustakaan Digital: Banyak Membaca, Banyak Belajar’. Program ini dijalankan ProVisi Education bersama dengan Putera Sampoerna Foundation – School Development Outreach (PSF-SDO).

Dalam Inaugurasi Master Trainer Literat bertemakan ‘Mendukung Literasi Berkelanjutan di Indonesia melalui Bahan Bacaan Digital’ yang diadakan pada Sabtu (10/12), PSF-SDO sebagai Master Trainer Literasi mengapresiasi para guru dan relawan yang telah terlibat dalam program Ekosistem Sekolah Literat.

Program Ekosistem Sekolah Literat merupakan program kolaborasi sebagai bentuk upaya bersama untuk membangun perjalanan literasi yang berkelanjutan. Tujuannya yakni, untuk menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca siswa dengan memberikan akses yang lebih luas terhadap sumber bacaan, serta didukung oleh peningkatan keterampilan guru dan penggiat literasi.

Program ini dijalankan melalui beberapan tahapan yang meliputi tahap seleksi, pembekalan, dan pendampingan secara intensif oleh 302 diseminator di seluruh Indonesia. Para diseminator melakukan sosialisasi, penyebaran, dan praktik baik kegiatan membaca serta memberikan dukungan berkelanjutan bagi para guru dan orang tua untuk melakukan kegiatan membaca di kelas dan di rumah.

Sejak diluncurkan pada bulan Juni 2020 silam, program Ekosistem Sekolah Literat telah menjangkau sebanyak 8.512 guru dan penggiat literasi serta 1.230 siswa dan orang tua di 27 provinsi di Indonesia.

Baik guru, penggiat literasi, maupun orang tua diberikan inspirasi untuk memanfaatkan bahan bacaan digital yang tersedia di LiteracyCloud.org sebagai sumber kegiatan literasi dan membuat kegiatan membaca yang menyenangkan bersama anak-anak.

Lebih lanjut, Direktur PSF-SDO Gusman Yahya mengungkapkan jika Ekosistem Sekolah Literat merupakan bagian dari Gerakan Indonesia Membaca yang dijalankan di tengah berbagai keterbatasan. Walau begitu, program ini sukses mengimbas ribuan penerima manfaat di berbagai wilayah Indonesia hanya dalam waktu enam bulan.

Gusman lantas memberikan apresiasi tertinggi kepada para guru dan relawan yang telah mendukung keberhasilan program dan telah menjadi bagian dari agen perubahan untuk membangun budaya literasi.

“(Inaugurasi) ini bukanlah akhir dari gerakan literasi. Namun, justru merupakan langkah awal bersama menuju budaya literasi yang berkelanjutan,” ujarnya.

Program Ekosistem Sekolah Literat mendorong guru di beragam jenjang pendidikan untuk terus melakukan kegiatan membaca, mulai dari pra-sekolah (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), hingga sekolah menengah atas (SMA). Para Master Trainer Literasi pun turut mendampingi dan mencari solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi para guru.

Pada kesempatan yang sama, PSF-SDO mempersembahkan penghargaan bagi diseminator terinspiratif serta kabupaten-kabupaten yang berprestasi dalam kegiatan diseminasi. PSF-SDO juga memberikan penghargaan bagi sekolah dengan program holistik terbaik dan pembaca nyaring terbaik.

Program Ekosistem Sekolah Literat mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Terkait hal ini, Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Iwan Syahril mengungkapkan program ini sejalan dengan visi Kemendikbud dalam membangun komunitas dan simpul belajar bagi para guru guna meningkatkan kualitas layanan pendidikan bagi siswa.

“Kami mendengar banyak cerita inspiratif tentang para guru yang dengan segala keterbatasan, tetap tidak menyerah, terus bergerak dan mencari solusi agar pembelajaran murid tidak terhenti,” kata Iwan Syahril

“Program ini membangkitkan semangat kita semua untuk membangun ekosistem pendidikan yang lebih baik lagi untuk anak-anak Indonesia,” lanjutnya.

Selain Relawan Literasi, PSF-SDO juga mendorong guru dan sekolah binaannya yang tergabung dalam program unggulannya, yaitu Lighthouse School Program (LSP) dan Pusat Belajar Guru (PBG), untuk ikut serta dalam program Ekosistem Sekolah Literat (ESL). Setidaknya terdapat lebih dari 200 guru binaan PSF-SDO yang terlibat dan mendukung program Ekosistem Sekolah Literat.

Sebagai bentuk kesungguhan akan program ESL ini, PSF-SDO telah menyiapkan serangkaian instrumen monitoring dan evaluasi demi kelancaran implementasi program dan memastikan pencapaian program yang substansial dapat teraih.

Tidak hanya sebatas mengukur dari segi penyebarannya saja, PSF-SDO juga mengukur peningkatan kemampuan literasi dari peserta yang menunjukkan kenaikan berarti.

Pemanfaatan pelantar digital LiteracyCloud.org memainkan peran kunci dalam membangun dan memelihara kebiasaaan serta kegembiraan membaca anak-anak selama masa pembelajaran jarak jauh akibat COVID-19.

Direktur Program Room to Read, Joel Bacha menyampaikan visi dari Room to Read sendiri, yakni agar lebih banyak anak Indonesia terbiasa membaca serta guru-guru di seluruh Indonesia memiliki sumber bacaan yang berkualitas untuk siswa-siswa mereka.

“Melalui Literacycloud.org, kami berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan berbagai pihak, termasuk PSF-SDO, dalam upaya menyediakan lingkungan digital dan akses untuk kegiatan membaca,” terang Joel.

“Kami mengucapkan terima kasih atas kerja keras PSF-SDO, pemerintah daerah, serta para guru dan relawan yang terlibat dalam program ini, yang akan mendorong terciptanya budaya membaca yang menyenangkan untuk anak-anak di Indonesia,” sambungnya.

Literacycloud.org dibuat dalam rangka mendukung terbangunnya budaya membaca di Indonesia dengan menyediakan pelantar digital yang berisi video pengembangan profesional keaksaraan guru serta video membaca buku cerita anak-anak dalam bahasa Indonesia.

Ke depan diharapkan melalui Literacycloud.org para guru dan pendidik, serta penulis dan ilustrator di seluruh Indonesia dapat mengakses dan menggunakan pelantar digital ini secara teratur, utamanya untuk meningkatkan efektivitas kegiatan membaca di kelas.

Pemanfaatan LiteracyCloud.org juga merupakan wujud pembelajaran masa depan di mana guru dan siswa dapat menggunakan pelantar digital untuk membaca, mengunduh, dan menggunakan materi pembelajaran di mana saja, kapan saja.